Menghindari ingar bingar metropolitan yang kapan saja bisa membunuhku perlahan Mengasingkan diri ke pedalaman menyelesaikan suatu proyek tulisan Mereka bilang rumah ini angker Tapi tidak bagiku yang introver Mula-mula ada yang mengintip tanpa berkedip Seperti penasaran ingin berkenalan Seiring waktu mereka justru menemani Membuatku tak merasa sendiri dan sepi Bahkan ada yang sering kali memperhatikanku dari belakang Seolah mengawasiku agar tak lupa pada tujuanku datang Keberadaan makhluk astral Membuat imajiku makin universal Terkadang ada yang berbisik Memberi ide yang harus kuketik Ada pula yang menertawakan Tiap kali otakku menemui kebuntuan Sesekali ada yang mencolek Membuyarkan kantuk agar aku kembali melek Ada jua yang suka memberi terapi kejut Memastikan jantungku masih berdenyut Aku tidak merasa terganggu oleh mereka Setidaknya tidak seperti teman manusia Yang tidak bisa melihat teman berkarya Ji elbatawi Jakarta, September 2021
Hidup dalam keterbatasan Dengan uang yang pas-pasan Dan habis tak tersisa demi 17-an Di tempat tinggal pun sekolahan Sebagai wali murid dan warga Dipaksa menyumbang untuk hal sia-sia Bukankah kesejahteraan rakyat lebih utama Daripada acara yang hanya huhu-haha "Sumbangan sukarela," katanya Tapi ada batasan minimal nominalnya Berdasarkan hasil rapat beberapa pejabat Dengan tanpa memedulikan rakyat yang melarat Dan di akhir acara Panitia bertamasya ria Dengan "sisa dana," katanya Sementara ada bocil menangis tak dapat hadiah Bukan salah acaranya Hanya tak suka caranya 17 Agustus bukan lagi peringatan kemerdekaan Melainkan penjajahan jua berbalut kesukarelaan Jakarta, Agustus 2022 Arfan & Ji elbatawi