Langsung ke konten utama

Seorang Pelajar Mbeling

Salah satu teman saya yang seorang pengajar bertanya:
"Sudah pernah diajarkan di sekolah, sudah pernah dibahas di pengajian, kenapa baru tergerak mengamalkan suatu nasihat setelah mendengarnya dari media sosial atau lainnya?"

Menurut saya, ada 3 faktor yang menyebabkan demikian:

1. Momen
Momen dapat memengaruhi suatu nasihat langsung bermanfaat atau tidak. Ketika diperdengarkan pertama kali, adakalanya si murid belum paham akan manfaatnya di kehidupan. Mungkin karena belum pernah mengalami atau melihat langsung orang yang mengalami, yang membuatnya tidak termotivasi untuk segera mengamalkannya. Begitu ia mengalaminya, barulah ia mengerti dan mengamalkan nasihat tersebut. Itu pun jika ia masih ingat. Jika tidak, maka ia akan mencari-cari jawaban atau solusinya ke sana ke mari, bertanya pada gurunya lagi, atau ke media sosial.

Mungkin jua, ketika diperdengarkan pertama kali, si murid belumlah sanggup untuk mengamalkannya, sampai ia mendapatkan nasihat itu lagi dari sumber lain di saat ia sudah merasa mampu mengamalkannya.

2. Cara penyampaian/konteks
Cara penyampaian adalah faktor yang paling berpengaruh. Bukan bermaksud membandingkan cara penyampaian yang bagus dan yang kurang bagus, melainkan cara penyampaian itu tentang cocok atau tidak cocoknya dengan si penerima nasihat. Ada yang cukup sekali diperdengarkan langsung paham, ada yang perlu dianalogikan, dan ada yang perlu berulang-ulang baru paham. Sedangkan di sekolah ataupun pengajian, murid tidak cuma satu serta keterbatasan waktu.

Adapun konteks, adakalanya satu kalimat nasihat bisa diamalkan pada berbagai permasalahan. Sedangkan di kelas, jelas tidak mungkin para guru memberikan contoh sebanyak-banyaknya. Dan ketika si murid mendapati suatu masalah yang belum terbayang ketika mendengar nasihatnya itu dulu, adakalanya si murid jadi tidak otomatis mengingat nasihat tersebut, sampai ia menemukan nasihat itu lagi dengan konteks yang berpadanan dengan yang ia alami.

3. Pilihan
Pelajaran di sekolah, di pengajian, atau sebagainya, umumnya bukanlah pilihan pribadi si murid secara spesifik. Kita hanya sebatas memilih jurusan atau mata pelajaran tertentu. Kalaupun kebetulan ada suatu bab yang kita ingin pelajari, kita hanya bisa menunggu sampai tiba urutan babnya.

Sedangkan di media sosial, itu sepenuhnya pilihan kita. Kita akan cenderung memilih bacaan atau tontonan yang membahas permasalahan-permasalahan yang sedang kita rasakan, yang sedang kita alami. Sebelum kita merasa butuh, betapapun direkomendasikan, kita tidak akan tertarik untuk mengetahuinya.

Demikianlah jawaban saya, seorang pelajar mbeling. Rakuslah terhadap ilmu, ambillah pelajaran dari mana saja, dari siapa saja. Karena kita tidak tahu, nasihat yang dari manakah yang akan benar-benar berhasil menggerakkan kita untuk mengamalkannya secara konsisten. Akan tetapi, kita tetaplah butuh seorang guru sebagai pembimbing, agar kita bisa membedakan antara ilmu yang baik dan yang lebih baik; seorang guru yang bisa kita temui, yang bisa kita ajukan pertanyaan secara langsung ketika ada hal yang kita tidak mengerti.

Seperti halnya kalimat-kalimat nasihat berbahasa asing yang seringkali berhasil memotivasi kita. Padahal, nasihat-nasihat itu sudah lebih dulu ada di dalam Al-Qur'an, Hadits Nabi, dan perkataan-perkataan Ulama. Meski dengan gaya bahasa yang berbeda, dengan konteks yang berbeda, namun dengan poin yang sama.


Ji elbatawi
Jakarta, Oktober 2021

Komentar

Postingan Populer

Dalil Gondrong

Cukur itu rutinitas konyol. Setiap hari kita rawat rambut ini. Sampai suatu hari ada yang bilang rambut kita sudah kepanjangan. Lalu kita cukur, serta membayar jasa pencukur. Rambut kita dikumpulkan, kemudian mereka menjualnya. Mereka dua kali mendapat uang, sedang kita harus merawat rambut ini dari awal lagi. Dengan biaya, tentunya. Ya.. kalau tidak dirawat, kan, nggak nyaman, sekalipun belum panjang. Terus begitu, sampai rambut kita dibilang sudah kepanjangan lagi. "Rapihkan!" Cukur lagi. Sekolah tidak boleh gondrong, kerja tidak boleh gondrong. Apa rambut panjang tidak bisa rapih?? Sekarang sudah jamannya Pomade, Boss, dimana rambut bisa diatur sesuai keinginan dan bertahan sampai seharian. Apalagi kalau sudah bisa diikat, auto rapih, tanpa perlu Pomade, cukup seutas karet. Ah, kalian hanya sirik saja karena tidak mampu merawat rambut sampai panjang.