Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Teman Curhat Yang Baik

Teman curhat yang baik itu bukan yang sekadar diam dan mendengarkan. Teman curhat yang baik itu... Mula-mula, lu harus peka ketika teman lu sedang ada masalah atau unek-unek yang ingin diluapkan. Kemudian, lu harus mengawali dialog dengan teguran yang asik, tanpa kesan mengejek, untuk—secara tidak langsung—mempersilakan dia menceritakan permasalahannya, serta membuka diri secara bahasa tubuh agar ia merasa nyaman untuk menceritakannya. Dan di setiap jeda ia curhat, lu harus meresponnya dengan berkomentar yang asik, tanpa kesan menyalahkan, sekalipun ia memang salah, disertai dengan gestur yang memberikan kenyamanan dan menenangkan. Setelah selesai ia mengeluarkan unek-uneknya, usahakan lu bisa memberikan solusi atas permasalahannya, minimal berikan kata-kata yang menenangkan. Belum cukup sampai di situ. Karena lu udah membuat dia mengeluarkan unek-uneknya, privasinya, maka lu harus bertanggung jawab untuk menjaga rahasia itu, tidak menceritakannya kepada siapapun, kecuali k...

Dalil Gondrong

Cukur itu rutinitas konyol. Setiap hari kita rawat rambut ini. Sampai suatu hari ada yang bilang rambut kita sudah kepanjangan. Lalu kita cukur, serta membayar jasa pencukur. Rambut kita dikumpulkan, kemudian mereka menjualnya. Mereka dua kali mendapat uang, sedang kita harus merawat rambut ini dari awal lagi. Dengan biaya, tentunya. Ya.. kalau tidak dirawat, kan, nggak nyaman, sekalipun belum panjang. Terus begitu, sampai rambut kita dibilang sudah kepanjangan lagi. "Rapihkan!" Cukur lagi. Sekolah tidak boleh gondrong, kerja tidak boleh gondrong. Apa rambut panjang tidak bisa rapih?? Sekarang sudah jamannya Pomade, Boss, dimana rambut bisa diatur sesuai keinginan dan bertahan sampai seharian. Apalagi kalau sudah bisa diikat, auto rapih, tanpa perlu Pomade, cukup seutas karet. Ah, kalian hanya sirik saja karena tidak mampu merawat rambut sampai panjang.

Penulis X Pembicara

Dua, ragam bahasa berdasarkan medianya. Yaitu lisan dan tulis. Meski sama-sama dalam konteks berbahasa, tapi setiap media memiliki keilmuan yang berbeda, terutama pada susunan kata, intonasi dan tanda baca. Fungsi intonasi dalam berbicara sama dengan fungsi tanda baca dalam menulis. Namun, yang mahir memainkan intonasi belum tentu bisa menuliskan tuturannya menjadi kalimat dengan penggunaan tanda baca yang tepat. Sedangkan yang cermat menggunakan tanda baca pasti tahu bagaimana mengintonasikan tulisannya. Akan tetapi, bahasa tulisan akan terdengar kaku jika dituturkan mentah-mentah oleh penulisnya.