Langsung ke konten utama

Review Buku: Islam Santuy Ala Gus Baha - Harakah ID


Buku Islam Santuy Ala Gus Baha ini ditulis dan diterbitkan sendiri oleh Harakah ID. Harakah ID adalah sebuah situs belajar islami yang menyajikan artikel-artikel kajian dan berita keislaman. Adapun Gus Baha, atau kiai dengan nama lengkap K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim ini merupakan salah satu santri K.H. Maimun Zubair yang belakangan ini cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia berkat pembawaan materi pengajiannya yang sederhana, mudah dimengerti dan disertai dengan guyonan-guyonan ringan.

Buku ini berisikan kumpulan artikel-artikel dari situs Harakah ID yang ditulis oleh tim penulis mereka yang membahas kajian-kajian Gus Baha dari berbagai sumber, yang kemudian dikelompokkan di dalam buku ini menjadi 5 bab. Buku ini berbahasa Indonesia, sesuai dengan harapan saya ketika hendak membelinya. Karena, saya masih kurang cukup mengerti bahasa asli Gus Baha, bahasa Jawa.

Namun, yang kurang memuaskan saya adalah, setiap judulnya itu tidak dominan perkataan (kaul) Gus Baha ataupun terjemahannya. Seperti telah saya sebutkan di atas, tiap judulnya itu adalah "artikel yang membahas kajian Gus Baha". Jadi, dalam setiap judul, mereka hanya mengutip satu poin, kesimpulan atau kisah dari Gus Baha yang kemudian mereka jabarkan, tapi tidak dengan konsep menerjemahkan penjabaran dari Gus Baha sendiri. Sehingga agak rancu, mana yang terjemahan kaul Gus Baha, mana yang pendapat pribadi si penulis.

Kemudian, hal kedua yang kurang memuaskan saya adalah, banyaknya kesalahan pengetikan dari segi kaidah menulis. Yang mana bagi orang yang gemar membaca, kesalahan-kesalahan itu amat sangat menggangu. Dan juga di dalam buku ini, saya tidak menemukan satupun isyarat yang menyatakan bahwa buku ini telah disetujui oleh Gus Baha. Akan tetapi, mengingat isinya yang memang tidak dominan perkataan beliau, sepertinya itu bukan masalah.

Kesimpulannya, jika anda berharap mendapatkan kajian-kajian Gus Baha secara tertulis dan berbahasa Indonesia—seperti saya, maka buku ini tidak cukup memuaskan. Namun, jika anda sekadar ingin mengenal dan mengambil pelajaran dari kesederhanaan Gus Baha dalam beragama, maka buku ini memadai sebagaimana judulnya.


Ji elbatawi
Jakarta, Februari 2021

Komentar

Postingan Populer

Dalil Gondrong

Cukur itu rutinitas konyol. Setiap hari kita rawat rambut ini. Sampai suatu hari ada yang bilang rambut kita sudah kepanjangan. Lalu kita cukur, serta membayar jasa pencukur. Rambut kita dikumpulkan, kemudian mereka menjualnya. Mereka dua kali mendapat uang, sedang kita harus merawat rambut ini dari awal lagi. Dengan biaya, tentunya. Ya.. kalau tidak dirawat, kan, nggak nyaman, sekalipun belum panjang. Terus begitu, sampai rambut kita dibilang sudah kepanjangan lagi. "Rapihkan!" Cukur lagi. Sekolah tidak boleh gondrong, kerja tidak boleh gondrong. Apa rambut panjang tidak bisa rapih?? Sekarang sudah jamannya Pomade, Boss, dimana rambut bisa diatur sesuai keinginan dan bertahan sampai seharian. Apalagi kalau sudah bisa diikat, auto rapih, tanpa perlu Pomade, cukup seutas karet. Ah, kalian hanya sirik saja karena tidak mampu merawat rambut sampai panjang.