Langsung ke konten utama

Hanya Menangis

Kami bersua di suatu meja
Ia gembira, aku tak percaya
Ini bukan tempat biasa bagi kami berdua
Sebuah kafe rawan di pinggiran ibu kota

Pesananku tiba
Bersamaan dengan kopinya yang ketiga
Beruntungnya ia
Tiga jam sendiri tiada yang mengganggunya

Obrolan tak panjang
Malam menunjukkan pukul sebelas
Ia mengajakku pulang
Saat kopi masih setengah gelas

Aku memboncengnya
Mengantar kemana rumahnya yang aku belum tahu
Ia pun tak mengarahkannya
Hanya berdiam dan perlahan bersandar di bahuku

"Lagi ada masalah apa?
Cerita aja."

Sudah lima tahun kami tidak bersua
Dulu itu pun kami hanya teman biasa
Mungkin ia belum bisa percaya begitu saja
Untuk menceritakan segala permasalahannya

Ia hanya menangis
Hingga air matanya habis


Jakarta, Februari 2020
Ji elbatawi

___________

Bakal ada lanjutannya sih ini kayaknya..

Komentar

Postingan Populer

Dalil Gondrong

Cukur itu rutinitas konyol. Setiap hari kita rawat rambut ini. Sampai suatu hari ada yang bilang rambut kita sudah kepanjangan. Lalu kita cukur, serta membayar jasa pencukur. Rambut kita dikumpulkan, kemudian mereka menjualnya. Mereka dua kali mendapat uang, sedang kita harus merawat rambut ini dari awal lagi. Dengan biaya, tentunya. Ya.. kalau tidak dirawat, kan, nggak nyaman, sekalipun belum panjang. Terus begitu, sampai rambut kita dibilang sudah kepanjangan lagi. "Rapihkan!" Cukur lagi. Sekolah tidak boleh gondrong, kerja tidak boleh gondrong. Apa rambut panjang tidak bisa rapih?? Sekarang sudah jamannya Pomade, Boss, dimana rambut bisa diatur sesuai keinginan dan bertahan sampai seharian. Apalagi kalau sudah bisa diikat, auto rapih, tanpa perlu Pomade, cukup seutas karet. Ah, kalian hanya sirik saja karena tidak mampu merawat rambut sampai panjang.