Langsung ke konten utama

Review Buku: Srimenanti - Joko Pinurbo



"Mengapa bukan kamu saja yang jadi penyair, Gus?"
"Maunya begitu, tapi dia yang dapat hidayah."
"Hidayah apaan?"
"Jadi, begini, syarat pertama jadi penyair itu harus mabuk puisi dan menabrak tiang listrik." (Halaman 36)

Joko Pinurbo alias Jokpin adalah salah seorang penyair terkemuka Indonesia yang karya-karyanya memiliki karakter tersendiri dalam dunia puisi. Dan "Srimenanti" ini adalah novel perdananya.

Cerita dalam novel ini dinarasikan oleh dua tokoh utama secara bergantian. Awalnya agak membingungkan, karena keduanya sama-sama menggunakan kata ganti "saya", tapi lama-lama pembaca akan paham siapa yang sedang bercerita di setiap babnya.

Tokoh pertama adalah Mas Penyair, yang kemungkinan besar adalah Jokpin itu sendiri. Dan yang satunya lagi adalah seorang pelukis muda bernama Srimenanti. Kisah mereka diawali dengan pertemuan tak sengaja efek dari puisi Sapardi yang berjudul "Pada Suatu Pagi Hari".

Ya, novel fiksi ini menggambarkan betapa "hidup"nya setiap karya seni yang tercipta. Seperti puisi yang ibarat mantra, misalnya, bisa digunakan untuk mengusir hantu. Dan karya si Mas Penyair yang tersebar serta memengaruhi kalangan anak-anak muda dan menyebabkan si Mas Penyair dituduh menyebarkan ajaran sesat. Juga salah satu lukisan Srimenanti yang di suatu subuh mengeluarkan suara dengung berulang dari lembut mengeras lalu melembut lagi, hingga Srimenanti perlu mengonsultasikannya kepada para senior.

Entah setiap karya seni benar-benar sehidup itu atau memang saya saja yang belum sampai pada level yang demikian dalam menikmatinya. Yang jelas, saya sebagai pemula dalam dunia seni menjadi sangat termotivasi untuk berkarya nyata, menghasilkan karya yang menginspirasi banyak orang, serta "hidup", paling tidak dalam imajinasi saya sendiri.


Ji elbatawi
Jakarta, November 2019



Baca jua, review buku lainnya, cekidot..

Komentar

Postingan Populer

Dalil Gondrong

Cukur itu rutinitas konyol. Setiap hari kita rawat rambut ini. Sampai suatu hari ada yang bilang rambut kita sudah kepanjangan. Lalu kita cukur, serta membayar jasa pencukur. Rambut kita dikumpulkan, kemudian mereka menjualnya. Mereka dua kali mendapat uang, sedang kita harus merawat rambut ini dari awal lagi. Dengan biaya, tentunya. Ya.. kalau tidak dirawat, kan, nggak nyaman, sekalipun belum panjang. Terus begitu, sampai rambut kita dibilang sudah kepanjangan lagi. "Rapihkan!" Cukur lagi. Sekolah tidak boleh gondrong, kerja tidak boleh gondrong. Apa rambut panjang tidak bisa rapih?? Sekarang sudah jamannya Pomade, Boss, dimana rambut bisa diatur sesuai keinginan dan bertahan sampai seharian. Apalagi kalau sudah bisa diikat, auto rapih, tanpa perlu Pomade, cukup seutas karet. Ah, kalian hanya sirik saja karena tidak mampu merawat rambut sampai panjang.