Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Mengapa Kau Larang

Mengapa kau larang pikiran ini Mengapa kau larang rindu ini Mengapa kau larang sayang ini Mengapa kau larang cinta ini Sedang pikiran ini tak bisa berhenti Sedang rindu ini tak bisa menanti Sedang sayang ini tak bisa berganti Sedang cinta ini tak bisa mati Ji elbatawi Jakarta, Oktober 2013 Tampilan share awal:

Dipecundangi Dunia

Dipecundangi dunia di tengah malam Berjalan sendirian dan tanpa tujuan Ketika perempuan lain akan ketakutan bila ada yang mengikutinya, entah takut dirampok, diculik, diperkosa, ataupun dibunuh, ia tidak peduli, tiada khawatir, pasrah. Ia tak punya apa-apa 'tuk dirampok. Ia tak punya siapa-siapa yang 'kan menebusnya bila diculik. Mungkin ia punya ilmu bela diri 'tuk melawan pemerkosa, atau mungkin ia 'kan memasrahkan tubuhnya dan kemudian meminta bayaran. Sedangkan 'tuk dibunuh sejatinya ia sudah mati Ji elbatawi Jakarta, Februari 2021

Tata Bahasa Alamiah

"Biasa aja dong, nggak usah ngegas gitu." "Lah, gua ngetiknya biasa aja. Lu-nya aja kali yang bacanya ngegas." \\ Dalam ilmu Tata Bahasa, pemilihan serta penyusunan kata itu dapat memengaruhi ekspresi tulisan. Ketika anda gagal mengendalikan perasaan anda (bahagia, marah dll), maka pemilihan serta penyusunan kata anda akan terketik/terucap secara alamiah berdasarkan perasaan anda. Dan dari situ pulalah lahir ilmu mendeteksi kebohongan. Itu jua beberapa alasan saya memperdalam ilmu bahasa: agar tidak mudah dibohongi, pikiran saya tidak mudah dibaca, dan tahu tata bahasa yang baik untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang patut dihormati. Dan yang lebih parah dari kesalahan bahasa tulisan adalah tidak digunakannya tanda baca. Contoh—sepele: "Ji berangkat" Itu maksudnya apa? Ngasih tau, nyuruh, atau nanya? Saya yang sedang buru-buru mau berangkat tidak sempat membalas. Setelah sampai tujuan, ternyata maksud dia itu bertanya dan mau nebeng. Salah s...